Selasa, 14 Desember 2010

Mari Kuatkan Perjuangan kita

Mari Kuatkan Perjuangan kita
Koord Presnas FoSSEI  2010-2012

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan Barakahnya kepada FoSSEI sebuah organisasi pergerakan Islam yang semakin terang jalan perjuangannya, semakin jelas arah ijtihadnya, dan semakin satu perjuangan dalam membumikan ekonomi islam, semoga Allah SWT memperbaiki setiap keburukan dari organisasi ini, dan meninggikan segala kebaikannya.

Shalawat teriring salam tercurah kepada baginda kita nabi besar Muhammad SAW, sosok ekonom rabbani yang berkat kerobbaniannya dan memang Allah SWT telah menjaga nilai-nilai tauhid dalam dirinya, sehingga ekonomi islam tidak kering dari setiap bentuk gambaran kesejahteraan yang hingga saat ini menjadi tag line ekonomi barat yang sesungguhnya bertolak belakang dari teori yang di tanamkan.

Apa Kabar para pejuang ekonom Rabbani? Semoga Allah SWT menjaga kita dari setiap godaan hawa nafsu yang terus menggelayuti diri kita, nafsu sendiri merupakan godaan yang terdapat dalam tubuh kita sendiri, ia lebih berbahaya dari pada 60 setan ( al-Ghazali). Setiap masa menuntut perubahan, dan perubahan itu pasti terjadi ia merupakan keniscayaan, sesungguhnya yang tidak berubah itu hanya perubahan itu sendiri. Mari kita terus berhuznudzon pada pergerakan FoSSEI karena memang perubahan kita tergantung dari pemikiran kita sendiri, ia akan mengalami kemerosotan seandainya kita berfikir picik dan berpandangan sempit, begitu juga sebaliknya ia akan mengalami kegemilangan seandainya didalam rongga hati dan pikiran kita terbentuk pemikiran visioner, fundamental, dan religius.

Teringat kisah perjuangan yang berat ketika Rasulullah SAW menghadapi perang khandaq, bahkan ujian yang sekarang kita terima tidak bagaikan sepucuk daun dalam hutan belantara yang sangat luas. Karena memang begitulah takdir Allah SWT memberikan contoh kepada mereka yang mau berfikir, Allah SWT punya kuasa menunjukkan mukzizat pada saat itu dan memang Allah SWT telah tunjukkan namun Allah SWT punya skenario terbaik, dan seharusnya kita sebagai umat yang diutus kemudian dapat mengambil hikmah dari indahnya skenario ini untuk diterapkan dalam kehidupan kita, terutama dalam berorganisasi.

Kembali kepada kisah diatas, bayangkan bagaimana saat itu kaum muslimin sedang melakukan penggalian untuk membangun parit-parit dalam menghadapi kaum musyrik. Ketika itu, kaum muslimin terhalang untuk menghancurkan sebuah batu besar ketika sedang melakukan penggalian disalah satu bagian dari parit tersebut, seluruh sahabat yang sesungguhnya sedang mengalami kelaparan yang amat sangat tidak dapat menghancurkan batu  tersebut, sehingga mengadulah diantara mereka kepada Rasulullah SAW yang ketika itu turun tangan menghancurkan batu besar itu seorang diri. Ketika itu batu besar itu hancur hanya dengan beberapa kali pukulan kapak, dan menghasilkan beberapa percikan cahaya yang menyebabkan para sahabat bertanya, ya Rasulullah SAW gerangan apa yang terjadi ketika engkau menghancurkan batu tersebut terdapat cahaya yang memancar dari batu tersebut, Rasulullah SAW seketika memberikan sebuah motivasi yang sesungguhnya sangat berharga dan memberikan tenaga baru bagi para sahabatnya yang sedang dirundung permasalahan yang sangat pelik. Telah terbuka kunci-kunci persia, telah terbuka kunci-kunci romawi...(terjemah bebas)  dari kisah ini sahabat yang sekedar memikirkan kemenangan diperang khandaq saja sulit, ternyata di bangun seketika sebuah paradigma bahwa islam akan berjaya kelak. Dan seketika para sahabat mendapat suntikan moril yang sungguh sangat luar biasa.

Seandainya saya selaku  Presidium Nasional FoSSEI berkata bahwa FoSSEI akan menjadi organisasi yang melahirkan pemikir-pemikir ekonomi islam dibidangnya, yang akan lahir orang-orang mampu berlaku zuhud dan wara sesuai dengan porsinya, yang mampu mengaplikasikan dan mengayomi masyarakat untuk sama-sama bergerak membangun peradaban islami. Merupakan sebuah hal yang sesungguhnya suatu hal yang sulit di terima karena ana sadar bahwa ana sendiri masih dalam tingkatan belajar, namun perkataan ini adalah sebuah ungkapan yang sesungguhnya sudah dipikirkan sejak pertama kali FoSSEI berdiri.

Saya sangat yakin dengan ungkapan saya diatas, karena memang seorang pemimpin harus mampu melahirkan orang yang mampu melahirkan seorang pemimpin. Dan keyakinan itu pasti berlaku bagi setiap orang yang bersungguh-sungguh untuk mengejar visinya.

“FoSSEI akan menjadi organisasi yang melahirkan pemikir-pemikir ekonomi islam dibidangnya, yang akan lahir orang-orang mampu berlaku zuhud dan wara sesuai dengan porsinya, yang mampu mengaplikasikan dan mengayomi masyarakat untuk sama-sama bergerak membangun peradaban islami”

Perjuangan membutuhkan pengorbanan bagi para pengembannya, siapa yang lengah maka ia akan tertinggal jauh dibelakang terbengkalai dan terlupakan, tapi siap yang berani untuk bersungguh-sungguh maka hasilnya sudah terlihat walaupun ia sendiri sedang istirahat ketika mengumpulkan tenaga.

Hari ini kita sama-sama membantu kerja dakwah ini dengan bijaksana dan arief, belajar berfikir positif untuk membantu saudara kita yang tertinggal, yang sedang mencoba mengejar, dan yang sudah mendahului. Hari ini kita belajar untuk tidak mempedulikan posisi kita saat ini, ketika kita sadar di belakang maka kita berusaha untuk kedepan dan  yang didepan mencoba melihat kebelakang. Maka, permudahlah dan jangan mempersulit, itu kaidah yang dikatakan baginda nabi Muhammad SAW. Jangan membanggakan teori yang sesungguhnya sulit diterapkan dalam kehidupan saat ini, tetapi kerjakanlah aplikasi yang sudah dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan membiasakan diri dalam perdebatan apalagi dengan saudara yang lebih tua. Karena sesungguhnya perdebatan dapat menghancurkan fitrah kita sebagai seorang pejuang dakwah, sedangkan dengan berdebat dengan orang yang lebih tua dapat menutupi sejarah yang seharusnya kita pelajari.

Sesungguhnya dalam  tulisan ini setidaknya hanya sedikit yang punya waktu untuk membacanya, dan lebih sedikit lagi yang rela mendalami isinya. Oleh sebab itu, sampaikan isi tulisan semampu kita kepada rekan saudara kita pejuang ekonomi islam dimanapun kita berada, gaungkanlah visi FoSSEI dengan selayaknya, buatlah mereka mengartikan visi FoSSEI dengan sebenar-benarnya dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika Rasulullah SAW akan menerima rintangan dakwah yang maha dakhsyat, maka Allah SWT menyiapkan sumber daya yang kuat untuk menerimanya, Rasullulah SAW menerima wahyu surah Al-Muzzammil dan setelah surat Al-Muddasir ( silahkan perdalam isinya). sesungguhnya isra mi’raj merupakan sebuah hal yang meruntuhkan dakwah Rasulullah SAW ketika itu, namun ternyata tidak, ada sosok Abu bakar yang tetap yakin ditengah terpaan pemikiran logika dasar, hingga beliau diberi gelar as-sidiq. Dan lagi-lagi dakwah memiliki pembelanya masing-masing walaupun orang-orang mencoba memendamnya. Dan akhirnya terbukti, perintah shalat telah memberikan kekuatan maha dahsyat yang menghancurkan kedzaliman lata dan uzza yang telah tertanam dalam diri para pemikir quraisy.

Saudaraku, sesungguhnya keadaan FoSSEI hari ini dengan segala kekurangannya merupakan bagian dari persiapan menuju organisasi yang siap membangun bangunan ekonomi islam dimasa yang akan datang, yang sesungguhnya telah dibangun oleh orang-orang terdahulu. Pernahkan anda dengar perdebatan mengenai isi kitab ihya ulumuddin. Dalam kitab yang terkenal hingga saat ini mengingat kitab tersebut yang begitu komprehensif, fundamental, dan terstruktur rapi tersebut.  Perdebatan itu terkait dengan mengapa dalam kitab tersebut tidak membahas tentang Bab perang, padahal pada saat itu islam sedang menghadapi perang yang dikenal sepanjang masa yang disebut perang salib. Dan sudah seyogyanya seorang ulama merupakan penyulut awal dalam setiap tulisannya untuk memperkuat kaum muslimin. Menurut beberapa pengkaji kitab tersebut menyatakan bahwa al-ghazali dalam kitabnya sesungguhnya membangun kaum muslimin untuk siap memenangkan perang salib, dan terbukti tidak lama setelah itu tentara muslim mendapatkan momentum kemenangan yang fenomenal.

Sehingga dari kisah-kisah diatas sesungguhnya kita harus siap dahulu membangun ruhiyah diri kita agar nantinya kita siap untuk mengemban amanah kemenangan ini ketika ekonomi islam telah jaya. Mungkin, mulailah saat ini dengan hal-hal yang lebih mendasar, terbiasa, dan berkarakter. marilah membangun kebiasaan shalat secara tepat waktu hari ini, seandainya anda lelaki maka mulailah untuk membiasakan diri untuk selalu shalat berjamaah. Kemudian biasakanlah untuk tidak memperdulikan harta anda, infakkanlah semampu anda setiap hari misalnya 1000 atau 2000. Hindarilah mendengki karena mendengki merupakan kedzaliman yang mencelakakan diri sendiri, jangan lupa mulailah untuk ikhlas, karena sesungguhnya jika anda tidak ikhlas maka kesia-siaan yang akan di terima, pernah dengan kisah 3 golongan yang paling pertama di hisab Allah SWT, mereka merupakan pejuang di dunia yang dimata manusia begitu mulia yaitu para mujahid, ulama, dan dermawan, dan ternyata mereka masuk neraka lebih awal (naudzubillah) dikarenakan mereka menduakan Allah SWT dengan mengharapkan perhatian manusia. Ini merupakan kebiasaan yang disarankan, kapasitas seseorang berbeda-beda, hanya saja kapasitas seseorang sesunggunya tidak terbatas, diri kitalah yang membatasinya.

Jazakallah atas perjuangan anda, luruskanlah niat anda hari ini untuk Allah SWT bukan untuk manusia, sesungguhnya saya mengharapkan pengingatan dari anda semua hari ini kepada diri saya yang sesungguhnya memiliki banyak kekurangan. Dan satu hal lagi keluhan yang masih banyak terdengar di antara para pejuang dakwah ekonomi islam hari ini, seperti merasa sendiri,  merasa tidak dipedulikan, dan merasa tersingkirkan. Ketiga hal ini sesungguhnya membutuhkan perhatian positif dari diri kita, seandainya anda merasa sendiri maka anda harus yakin bahwa Allah SWT menginginkan anda sebagai pionir perjuangan sehingga hasil dari perjuangan itu adalah milik anda, seperti Abu Bakar yang kepionirannya membuat timbangan pahalanya seharga pahala seluruh mahluk bumi dan lebih berat lagi. Merasa tidak dipedulikan makan anda diminta untuk lebih peduli kepada orang lain, teringat kaidah sederhana ketika anda memberi sesungguhnya anda menerima. Dan terakhir merasa tersingkir merupakan keadaan yang biasa sering kita dengar, maka saya ingatkan tidak ada yang mampu menyingkirkan diri kita kecuali Allah SWT dan diri kita sendiri, maka buatlah diri kita terus berada dalam jalur perjuangan dakwah ini. 
Al Haqqu min rabbika fala takunanna minal mumtarin. Wassalamualaikum Wr Wb.

Senin, 13 Desember 2010

MARS Ekonomi Rabbani

EKONOM RABBANI

Haha.. Hahaha.. Haha..haha 3x

Ekonom Muda Hey! Ekonom Rabbani
Tempa dirimu tuk bangun bangsa madani

Ekonom Cerdas Hey ! Ekonom Rabbani
Mari mandiri kembangkan potensi

Chorus:
Bergerak jangan mengeluh
Meski tubuhmu berpeluh
Karna kemiskinan semakin membunuh

Bertransaksi adil
tinggalkanlah tipu daya
yakinlah Ekonomi Islam kan jaya.. 2x
Reff:
Bangkitlah Bangkitlah Pemuda Mulia
Bersatu padu Lintasi Khatulistiwa

Majulah Hei Ekonom Rabbani Bisa
Mari sembuhkan Ekonomi Dunia

Brdidge :
Berbagi sesama
Ketuk Nuraninya
Yakin Ekonomi Islam Kan Jaya 2x

Haha.. Hahaha.. Haha..haha 2x

"karya ini dedikasikan untuk bangsa, almamater, dan seluruh pejuang ekonomi
islam diseluruh penjuru negeri.."

Rabu, 01 Desember 2010

WANITA WAJIB BACA...

Aku yg hidup di zaman pemerintahan Soeharto hingga lengsernya lalu meninggalnya



Aku yg hidup dimana Michael Jackson hidup, menjadi the king of pop, dan meninggalnya krn overdosis, lalu menjadi legenda di hati dunia (katanya... )



Aku yg hidup di era backstreet boys muncul, menjdi boyband papan atas, dr nick carter berambut belah tengah smpi berambut cepak, hingga akhirnya mereka tenggelam tnpa berita



Aku yg hidup ketika wanita mengidolakan kbebasan dan kesetaraan gender, berslogan " girl power" layaknya Spice Girl.. Hingga dipertanyakan apa makna itu semua? Ketika kenyataannya wanita ttp direndahkan dgn kesetaraan yg tak berprinsip tsb



Aku yg hidup dizaman ketika ada para wanita muslim berpakaian, namun telanjang, berwangi-wangian,dan berkelakuan lyknya laki-laki, menyambung rambutnya tnpa perduli agama. Malah makin bangga apabila smakin "nakal"



Aku yg hidup dizaman ketika " zina " mulai dihalalkan dgn kata "pacaran", dan bnyknya pasangan yg lbh sng bermain-main dgn itu drpd menikah dgn jalan halal



Aku yg hidup ketika " musik dan nyanyian" merajai semua kaum dan golongan, tnpa mengenal batasan, hingga tak dpt dibedakan lgi mana yg muslim atau bukan. Dan lebih konyolnya, istri ustadz ( yg dianggap panutan ) malah kebablasan ikutan membuat album dgn alasan dakwah.. Ironis



Aku yg hidup ktika wanita menyukai wanita, laki-laki menyukai laki-laki dngan alasan kbebasan individu..



Aku yg hidup dizaman ketika agama menjadi asing, dan org2 beragama menjdi terasing, dan ditertawakan bramai-ramai...



Aku yg hidup dizaman ketika ank2 lebih mengidolakan penynyi ataupun aktor ketimbang sahabat2 nabi dan Rasulullah saw



Inilah aku wanita akhir zaman, yg berdiri tegak, melawan arus, berusaha tersenyum, dan brkomitmen untuk agamaku krn inilah aku muslimah akhir zaman



Dengan hanya mengharapkan ridha-Nya dan Cinta-nya, ditertawakan pun aku tak prduli, dihina pun aku tak hiraukan, dikucilkan pun aku tak takut, krn aku berdiri diatas kebenaran



Inilah aku wanita akhir zaman, ktika kau menutup sluruh auratmu secara sempurna,untuk meninggikan derajatmu, justru kau dibilang "kampungan". Tp perduli apa.. Toh bukan mereka tim penilaimu..



Inilah aku wanita akhir zaman, yg berusaha keras untuk ttp istiqomah wlpn hanya dlm gol minoritas..



Inilah aku wanita akhir zaman, bertahan dgn sabar dan lebih berhati-hati dr byknya "fitnah" yg mulai bias dgn "kebiasaan" saat ini



Inilah aku wanita akhir zaman, yg berharap menjalankan sunnah dgn benar,agar bisa menyelamatkan diri dan keluarga,menjadi harta dunia bgi suaminya dgn mnjdi wanita yg sholeha,menjadi ibu yg baik bgi ank2nya, jihad di jalan Allah, dan insya Allah dpt berkumpul kembali dgn mereka di surga Allah swt, dan bersama-sama bertemu dengan Nya.. Aminnnn

Selasa, 23 November 2010

Pemikiran Ekonomi Muhammad Umer Chapra


Tokoh Ekonomi Islam minggu Ini
Muhammad Umer Chapra


I. Pendahuluan
            Muhammad Umer Chapra adalah tokoh ekonomi Islam kontemporer yang sangat produktif dalam menulis. Akan tetapi, nama dan karya-karyanya belum banyak diketahui orang(?) di Indonesia. Penulis sendiri baru mengenal nama ini ketika pertama kali diberikan tugas untuk membuat makalah ini.
            Lain halnya dengan tokoh-tokoh lain yang telah lebih dulu dipresentasikan oleh teman-teman, seperti Khalifah Umar bin Khattab ra., Imam Ibnu Taimiyah, Imam al-Ghazali, Imam Abu Yusuf, Ibnu Khaldun, dan lai-lain. Siapa yang tidak mengenal mereka? Mereka dikenal bukan saja dalam bidang ekonomi Islam, tetapi juga dalam berbagai bidang yang lain. Oleh karena itu, mencari literatur tentang mereka sangatlah mudah, berbeda halnya dengan tokoh yang satu ini, yaitu Muhammad Umer Chapra. Sangat sulit untuk mencari biodatanya. Penulis sendiri sudah berkali-kali bolak-balik ke perpustakaan untuk "memburu" biografinya, tetapi tetap tidak mendapatkannya.

II. Sekilas Tentang Muhammad Umer Chapra
            Muhammad Umer Chapra lahir pada tahun 1933. Ia adalah warga Kerajaan Arab Saudi yang merupakan seorang pakar ekonomi yang berasal dari Pakistan. Pada tahun 1956, ia meraih gelar M.B.A. (M.Com.) dari University of Karachi dan meraih gelar doktor dalam bidang ekonomi dari University of Minnesota, Minneapolis dengan predikat summa cum laude.[1]
Pada tahun 1961, dari Amerika Serikat, ia kembali ke Pakistan dan bergabung dengan Central Institute of Islamic Research. Selama dua tahun, ia mengkaji gagasan-gagasan dan prinsip-prinsip yang tertuang dalam tradisi Islam yang menurutnya dapat memenuhi premis intelektual bagi sebuah sistem ekonomi yang sehat. Dari kajian tersebut, lahirlah bukunya "The Economic System of Islam: A discussion of its Goals and Nature."[2]
Ia bekerja sebagai penasehat ekonomi senior pada Monetary Agency, Kerajaan Arab Saudi, selama 35 tahun, sejak tahun 1965. Sebelumnya ia mengajar mata kuliah ekonomi pada University of Winconsin Platteville dan University of Kentucky, Lexington, AS. Ia juga bekerja sebagai ekonom senior dan Associate Editor Pakistan Development Review pada Pakistan Institute of Development Economics, sebagai reader pada Central Institute of Islamic Reseach, Pakistan. Ia mempublikasikan sejumlah buku, monograf[3], artikel-artikel profesional tentang ekonomi Islam, serta telah memberikan kuliah secara luas tentang subjek ini di beberapa negara muslim.[4]
Selain itu, ia juga memberi kuliah Islam, Ekonomi, dan Keuangan Islam pada lembaga seperti Harvard Law School, USA, London School of Economics Oxford Center for Islamic Studies, Inggris, dan Universidad Autonatan Madrid Spanyol. Pada tahun 1995, ia menerima penghargaan dari Institue of Overseas Pakistanis Award for Service to Islam.[5]
Sejak tahun 1999, ia bekerja sebagai Research Advisor Islamic Reseach and Training Institute (IRTI) pada Islamic Development Bank (IDB) sampai sekarang.[6]           
            Adapun karya-karya Muhammad Umer Chapra di antaranya adalah sebagai berikut,
1. The Economic System of Islam: A Discussion of Its Goals and Nature, London, 1970.
2. Towards a Just Monetary System, Leicester, 1985.
3. Islam and The Economic Challenge, Leicester, 1992.
4. The Future of Economics an Islamic Perspevtive.
5. Islamic and Economic Development.
6. dan lain-lain.

III. Komentar Tokoh Tentang Umer Chapra
            Salah satu metode yang digunakan untuk mengenal seseorang atau mengetahui kualifikasinya adalah dengan mengetahui komentar orang lain terhadap orang tersebut. Oleh karena itu, saya mengutip beberapa cuplikan komentar beberapa tokoh yang berkaitan dengan Muhammad Umer Chapra. Tokoh-tokoh tersebut adalah sebagai berikut:
A. Dr. Zafar Ishaq Anshori
            Dr. Zafar Ishaq Anshori, salah seorang sahabat Muhammad Umer Chapra yang senantiasa senang mengikuti karier kerja akademiknya, mengemukakan komentarnya bahwa Muhammad Umer Chapra adalah salah seorang pelopor ekonomi Islam yang menekankan perlunya sebuah pendekatan Islam terhadap persoalan-persoalan ekonomi.[7]
            Di masa awal-awal kehidupannya, Muhammad Umer Chapra menghadapi berbagai pertanyaan yang dihadapi oleh kaum muslimin, terutama pada masa periode kemerdekaan. Haruskah mereka melihat Barat yang Kapitalis atau Timur yang Komunis mendapatkan aspirasi dan petunjuk dalam upaya membangun lembaga-lembaga yang dibutuhkan bagi negara-negara yang baru saja merdeka? Ataukah mereka harus bergantung pada sumber-sumber intelektual mereka sendiri?[8]
            Lebih lanjut Dr. Zafar Ishaq Anshori mengatakan bahwa Umer Chapra merupakan duta dari mazhab pemikiran ekonomi Islam disebabkan oleh karya-karyanya. Bagi orang yang telah membaca tulisan-tulisan Umer Chapra akan menemukan pribadi yang menarik dan provokatif.[9]
            Tulisan-tulisan Umer Chapra, bagaimanapun, mengetengahkan sebuah sistem ekonomi Islam yang berdiri di atas premis intelektual yang sejajar dengan Kapitalisme dan Sosialisme. Bahkan, Umer Chapra tetap berdiri tegar ketika ada yang memberi komentar miring, pada pertengahan tahun 70-an, bahwa sistem ekonomi Islam yang dikemukakan oleh Umer Chapra tidak lain hanyalah Kapitalisme yang dikemas dengan ajaran Islam.[10]
            Ini adalah pengakuan dari Dr. Zafar Ishaq Anshori bahwa Umer Chapra merupakan "pendekar" ekonomi Islam yang sejati yang pantang mundur apapun yang menghadangnya.       
B. Dr. Khursyid Ahmad
            Menurut Dr. Khursyid Ahmad bahwa pemikiran ekonomi Umer Chapra bisa dilihat dari karya-karyanya. Karyanya yang pertama, Towards a Just Monetary System yang diterbitkan oleh Islamic Foundation, Leicester, 1995, mendapat pujian di kalangan masyarakat akademik dunia Islam dan telah membawanya menadapatkan Islamic Development Bank Award karena pengabdiannya kepada Ekonomi Islam (1990) dan mendapatkan King Faisal International Price untuk Kajian Islam pada tahun yang sama. Hal ini membuktikan bahwa Umer Chapra adalah pakar ekonomi yang berkompeten di bidangnya.[11]
            Dalam mengantarkan buku Umer Chapra yang lain, Dr. Khursyid Ahmad sekali lagi memuji Umer Chapra dengan mengatakan bahwa ia adalah seorang ekonom muslim yang terkemuka, seorang tokoh intelektual yang sangat berpengaruh dalam dunia muslim hari ini.[12]
            Lebih lanjut Dr. Khursyid Ahmad berkata bahwa Umer Chapra adalah seorang ilmuwan sosial yang terlatih atau ahli sekaligus sebagai seorang sarjana muslim yang objektif. Penguasaannya terhadap sistem ekonomi kontemporer dan persoalan-persoalannya sangat menyeluruh dan komprehensif, presentasinya mengenai tatanan ekonomi Islam sangat akurat dan meyakinkan, kritiknya yang seimbang terhadap sistem Barat dan juga sistem masyarakat muslim kontemporer dilakukan dengan gaya bahasa yang sederhana, jelas, dan preskriptif.[13]
            Dalam mengomentari buku "Islam dan Tantangan Ekonomi" Dr. Khursyid Ahmad mengatakan bahwa salah satu kontribusi Umer Chapra yang unik adalah terletak pada realisme pemikiran dan pendekatannya. Ia mengidentifikasi masalah dengan jelas, membahas pendekatan-pendekatan yang berlaku dengan jarak yang profesional, mengakui pencapaian pengalaman lain tanpa reserve dan menganalisis kegagalan-kegagalan tanpa berlebih-lebihan, pada saat yang sama beliau mengetengahkan alternatif Islam dengan penuh ketepatan tanpa apologi.[14]

IV. Pemikiran Muhammad Umer Chapra dalam Bidang Ekonomi Islam
            Salah satu cara untuk mengetahui pemikiran-pemikiran seseorang adalah dengan membaca karya-karyanya. Umer chapra adalah seorang ekonom Islam yang juga muslim yang produktif menulis. Ia menuangkan segala ide-idenya tentang ekonomi Islam berupa tulisan-tulisan atau paper. Tulisan-tulisan itu sudah banyak yang diterbitkan, bahkan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Berikut ini dipaparkan beberapa pemikiran ekonominya melalui karya-karya ilmiahnya yang sudah diterbitkan.

A. Muhammad Umer Chapra dan Sistem Moneter Islam
            Buku Umer Chapra yang membahas tentang moneter adalah Towards a Just Monetary System 'Sistem Moneter Islam' merupakan buku keduanya yang terbit pada tahun 1985. Sebelumnya, buku pertamanya adalah  The Economic System of Islam: A Discussion of Its Goals and Nature (London, 1970).
             Buku yang kedua ini berusaha menjawab dan menganalisis berbagai masalah yang berkaitan dengan sistem perbankan dan keuangan Islam.
            Buku ini terdiri dari sembilan bab. Bab pertama membahas tentang sasaran dan strategi sistem perbankan dan keuangan dalam perekonomian Islam. Ada lima hal yang dibahas pada bagian ini, yaitu a. kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimal; b. keadilan sosioekonomi dan distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata; c. stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai satuan unit yang dapat diandalkan, standar yang adil bagi pembayaran yang ditangguhkan, dan alat penyimpan nilai yang stabil; d. mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dalam suatu cara yang adil sehingga pengembalian keuntungan dapat dijamin bagi semua pihak yang bersangkutan; dan e. memberikan semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal diharapkan berasal dari sistem perbankan.[15]
            Bab kedua membahas tentang hakikat riba dalam Islam baik yang terdapat al-Qur'an, hadis, maupun dalam literatur fiqh. Kesimpulan dari pembahasan ini adalah Islam melarang keras praktek riba. Sebagai solusinya, diberikan beberapa alternatif bagi riba seperti (bab ketiga) pembiayaan lewat penyertaan modal (equity financing), membuat saluran untuk penyertaan modal (sole proprietorship [usaha yang dikelola sendiri], parnertship [kemitraan], mudharabahmusyarakah, dan perusahaan perseroan), dan koperasi.
            Pada bab keempat dikemukakan tentang beberapa reformasi fundamental sebagai solusi selanjutnya untuk keluar dari praktek riba. Beberapa reformasi fundamental tersebut adalah tabungan dan investasi, pembiayaan lewat penyertaan modal, mengurangi kekuasaan bank, dan menciptakan bursa yang sehat.[16]
            Dengan pengenalan berbagai reformasi fundamental tersebut, sisitem perbankan dapat berfungsi untuk mencapai sasaran-sasaran sosioekonomi Islam. Suatu perubahan yang hanya menggantikan riba dengan bagi hasil tidak akan dapat mencapai tujuan, meskipun hal tersebut merupakan perubahan yang perlu disambut sebagai cara yang digunakan oleh para bankir muslim untuk mencari pengalaman menjalankan perbankan bebas riba dan memberikan jalan bagi beberapa reformasi di kemudian hari.[17]
            Bab kelima mengevaluasi keberatan-keberatan yang timbul karena adanya penghapusan riba dan memperlihatkan alasan di balik pelarangan riba. Keberatan yang pertama adalah bahwa hal ini tidak akan dapat menciptakan sebuah alokasi sumber daya yang optimal karena bunga adalah seperti harga-harga yang lain yang melakukan fungsi mengalokasikan dana-dana pinjaman "yang langka" di antara para pengguna dana-dana yang jumlahnya tidak terbatas dalam suatu cara yang objektif berdasarkan kemampuan untuk membayar harga.[18]
            Keberatan yang kedua adalah kekhawatiran adanya suatu laju preferensi waktu yang sosial yang positif yang diperkuat oleh efek erosif inflasi, akan terbentuk tabungan dan formasi modal sektor swasta positif yang kecil dalam sebuah perekonomian Islam. Akan tetapi, kekhawatiran ini, menurut Umar Chapra dianggap tidak berdasar karena bukti-bukti empiris tidak menunjukkan adanya suatu korelasi positif yang signifikan antara bunga dan tabungan, bahkan di negara industri sekalipun. Dampak suku bunga pada tabungan di negara-negara berkembang ditemukan sangat kecil (negligible) dalam banyak studi.[19]
            Keberatan ketika yang dituduhkan adalah bahwa keseluruhan sistem yang berbasis pada penyertaan modal akan sangat tidak stabil. Tuduhan ini, oleh Umar Chapra dianggap sebagai tuduhan yang yang tidak berdasar, tanpa dukungan empiris dan tidak logis.[20] Keberatan yang selanjutnya adalah bahwa prospek pertumbuhan akan redup dalam sebuah perekonomian Islam setelah penghapusan bung yang oleh Umar Chapra hal ini dianggap sebagai kritikan yang tidak valid.[21]
Keberatan-keberatan lainnya adalah yang dianggap mengada-ada adalah bahwa dalam perekonomian bebas riba (perekonomian Islam) kerugian-kerugian cenderung ditimpakan kepada deposito.[22] Keberatan keenam yang dikemukakan adalah adanya pinjaman jangka pendek sehingga tidak dimungkan persiapan bagi hasil karena sulitnya menentukan keuntungan dalam periode yang sempit.[23]
Keberatan ketujuh terhadap perekonomian Islam adalah berkaitan dengan penyediaan kredit konsumen dan pinjaman untuk proyek-proyek seperti pembangunan rumah dan industri perumahan.[24] Keberatan yang paling utama terhadap perekonomian Islam adalah bahwa dalam ketiadaan bungan tidak mungkin pemerintah akan membiayai defisit anggaran dengan melakukan pinjaman dari sektor swasta. Defisit anggaran pemerintah adalah cara penting untuk menghasilkan pertumbuhan dan memperbaiki standar kehidupan.[25]
      Pada bab keenam dikemukakan tentang pendirian lembaga institusional yang secara prinsip berbeda dengan institusi konvensional dalam hal lingkup dan tanggung jawab. Bab ketujuh membahas tentang pengelolahan kebijakan moneter dalam lembaga yang baru. Kemudian pada bab kedelapan mengevaluasi program yang diajukan sesuai dengan tujuan yang dibahas pada bab pertama dan diakhiri dengan bab kesembilan yang merupakan bab kesimpulan.[26]
B. Muhammad Umer Chapra mengenai Islam dan Tantangan Ekonomi
            Buku Islam dan Tantangan Ekonomi merupakan hasil penelitian dan renungan selama satu dekade. Dalam penelitian ini, ia mengkaji tiga sistem ekonomi Barat yaitu Kapitalisme, Sosialisme, dan gabungan dari dua sistem tersebut yaitu "negara kesejahteraan". Ia mengemukakan neraca ketiga sistem tersebut dari segi prestasi-prestasinya maupun kegagalan-kegagalannya.[27]
            Pada pendahuluan bukunya ini, Umer Chapra mengemukakan tentang tujuan ditulisnya buku tersebut. Ia mengemukakan bahwa buku ini merupakan suatu upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan[28] tentang apa, bagaimana, dan untuk siapa melakukan produksi. Berapa jumlah barang dan jasa yang harus diproduksi, siapa yang akan memproduksinya, dan dengan kombinasi sumber-sumber daya apa saja dan dengan teknologi yang bagaimana serta siapakah yang akan menikmati barang dan jasa yang diproduksi itu.[29]
            Jawaban-jawaban pertanyaan tersebut menentukan alokasi sumber daya dalam ekonomi, distribusi antarindividu dan antar (konsumsi) sekarang dan masa depan (tabungan dan investasi).[30]
            Secara garis besar, buku ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama meliputi sistem-sistem perekonomian yang gagal yang harus dihindari oleh negara-negara muslim, jika ingin mengaktualisasikan tujuan sosioekonominya. Tiga bab pertama pada bagian ini, menganalisis pandangan dunia dan strategi dari sistem yang berlaku. Umer bukan saja mengkritik, tetapi mengidentifikasi  logika, hakikat, dan implikasi dari konflik yang terjadi antara tujuan-tujuan, pandangan dunia, dan strateginya. Hal ini dilakukan agar pembaca mampu mengadakan apresiasi mengapa ketidakharmonisan ini membuat mereka gagal dan terus akan menggagalkan usaha-usaha dari negara-negara yang mengikuti sistem-sistem ini untuk merealisasikan secara serentak efisiensi dan pemerataan  dalam alokasi sumber daya mereka yang terbatas.[31]
            Pada bab empat, diketengahkan masalah-masalah tentang formulasi kebijakan dalam perspektif sistem yang berlaku yang mengakibatkan inkonsistensi dalam kebijakan-kebijakan ekonomi yang dipakai oleh negara yang sedang  berkembang dan memperburuk berbagai hal. Bukan saja dalam bentuk ketidakseimbangan makroekonomi dan masalah eksternal yang terus merisaukan, tetapi juga makin menjauhkan mereka dari tujuan-tujuan mewujudkan pemerataan.[32]
            Bagian kedua dari buku ini terdiri dari delapan bab. Bagian ini, yaitu bab lima menjelaskan tentang pandangan dunia Islam dan strateginya. Pandangan dunia Islam ini didasarkan pada tiga prinsip yang paling pokok yaitu tauhid 'keesaan',khilafah 'perwakilan', dan 'adalah 'keadilan'.
            Bab enam menjelaskan tentang musibah yang terjadi di dunia Islam. Musibah tersebut antara lain terjadinya degenerasi moral dan politik, serta terjadinya kemunduran dalam bidang ekonomi. Pada bab ini juga dijelaskan tentang perlunya perubahan di dunia Islam, perlunya peran ulama, dan restrukturisasi kebijakan.
            Pada bab tujuh dibahas tentang bagaimana cara menghidupkan faktor-faktor kemanusiaan. Di antaranya dengan pemberian motivasi, keadilan sosioekonomi, perbaikan kondisi pedesaan, dimensi moral, meningkatkan  kemampuan dengan memberikan pendidikan dan latihan serta memperluas akses kepada keuangan.
            Bab delapan berisi tentang bagaimana caranya mengurangi konsentrasi kekayaan pada segelintir orang. Di antara yang diusulkan adalah adanya reformasi mengenai kepemilikan tanah, pengembangan industri kecil dan mikro, kepemilikan yang lebih luas dan kontrol terhadap perusahaan, menggerakkan kembali zakat dan sistem warisan, dan restrukturisasi sistem keuangan.
            Pada bab sembilan dan sepuluh membahas tentang bentuk-bentuk restrukturisasi ekonomi dan keuangan. Bab sebelas memaparkan tentang perencanaan kebijakan strategis dan diakhiri dengan bab dua belas mengenai kesimpulan yang memaparkan kembali intisari dari semua bab yang ada pada buku ini.
C. Muhammad Umer Chapra mengenai Islam dan Pembangunan Ekonomi
            Muhammad Umer Chapra berbicara mengenai Islam dan Pembangunan Ekonomi. Ia menuangkan gagasan-gagasannya ini dalam bentuk buku. Buku ini lahir karena dilatarbelakangi oleh lima macam pertanyaan. Pertama, bagaimana jenis pembangunan yang diinginkan oleh Islam? Kedua dan ketiga, apakah jenis pembangunan ini dapat direalisasikan dengan pendekatan sekuler yang percaya pada sistem pasar atau sosialisme atau strategi-strategi yang diformulasikan  oleh para ekonom pembangunan dalam kerangka kerja dua sistem itu. Keempat, bagaimana strategi Islam? Apakah dapat membantu negara-negara muslim memformulasikan kerangka aktualisasi pembangunan yang diinginkan oleh Islam dengan tujuan menanggulangi ketidakseimbangan makro ekonomi? Kelima, kenapa, selama ini, negara-negara muslim gagal merumuskan dan mengimplementasikan strategi tersebut?[33]
            Di awal bukunya ini, Umer Chapra mengemukakan pandangan hidup Islam yang didasarkan pada tiga konsep yang fundamental yaitu tauhid (keesaan Allah swt.), khilafah, keadilan ('adalah). Tauhid adalah konsep yang paling penting dari ketiganya. Dua konsep lainnya merupakan turunan logika. Tauhid mengandung implikasi bahwa alam semesta ini secara sadar atau sengaja dibentuk  dan diciptakan oleh Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Esa, dan Unik. Oleh karena itu, mustahil alam raya ini muncul secara kebetulan (Q.S. Ali Imran [3]: 191, Q.S. Shad [38]: 27, Q.S. al-Mukminun [23]: 15).[34]
            Manusia adalah Khalifah Allah di Bumi (Q.S. al-Baqarah [2]: 30, al-An'am [6]: 165, Fathir [35]: 39, Shad [38]: 28, dan al-Hadid [57]: 7) dan semua sumber daya yang ada di tangannya adalah suatu amanah (Q.S. al-Hadid [57]: 7). Oleh karena Dialah yang menciptakan manusia, maka Dialah yang memiliki pengetahuan yang sempurna tentang makhluk-Nya, kekuatannya, dan kelemahannya. Dialah yang mampu memberikan petunjuk yang dengan petunjuk tersebut, manusia akan dapat hidup harmonis dengan alamnya dan kebutuhannya.  Umat manusia diberi kebebasan untuk memilih atau menolak petunjuk itu, meskipun demikian, mereka hanya dapat mencapai kebahagian (falah) dengan mengimplementasikan petunjuk tersebut dalam kehidupan mereka sendiri dan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai khalifah Allah, manusia bertanggung jawab kepada-Nya. Mereka akan diberi pahala dan disiksa di hari akhirat kelak berdasarkan kehidupan mereka di dunia ini.[35]
            Pada bab II bukunya, Umar Chapra menganggap bahwa sistem Kapitalismelaissez-faire dan Sosialisme telah gagal merealisasikan pemenuhan kebutuhan dasar, kesempatan kerja penuh, distribusi pendapatan, dan kekayaan yang merata. Kedua sistem itu tidak dapat mengantarkan perubahan struktural radikal yang diperlukan untuk merealisasikan pertumbuhan dengan keadilan dan stabilitas. Oleh karena itu, kedua sistem itu tidak mungkin dapat berfungsi sebagai contoh bagi negara yang sedang berkembang, khususnya negara-negara muslim karena komitmen Islam yang tegas terhadap keadilan sosioekonomi.[36]
            Umar Chapra bukan hanya mengkritik kedua sistem di atas tanpa solusi. Ia menawarkan lima tindakan kebijakan sebagai solusi bagi pembangunan yang disertai keadilan dan stabilitas. Kelima kebijakan tersebut adalah,1) memberikan kenyamanan kepada faktor manusia; 2) mereduksi konsentrasi kekayaan; 3) melakukan restrukturisasi ekonomi; 4) melakukan restrukturisasi keuangan; dan 5) melakukan rencana kebijakan strategis.[37]
            Sebenarnya, melalui buku ini, Muhammd Umer Chapra membuktikan bahwa Islamlah satu-satunya alternatif untuk menggantikan Kapitalisme dan Sosialisme. Ia membuktikan bahwa Islam mempunyai potensi untuk mewujudkan perekonomian yang berkeadilan yang selama ini didamba-dambakan oleh setiap manusia.[38]
V. Penutup
            Setelah semua pembahasan di atas, dapat dilihat bagaimana luasnya penguasaan Muhammad Umer Chapra mengenai ekonomi Islam dan ia tidak malu-malu untuk menunjukkan identitas keislamannya tersebut, khususnya yang berkaitan dengan masalah ekonomi. Untuk menutup tulisan ini penulis kutipkan kata-katanya yang penuh makna, "Gerakan-gerakan pembaharuan Islam selalu ada dan aktif di dunia Islam, meskipun perjuangan mereka banyak mengalami hambatan dari kelompok-kelompok kekuatan, baik dalam maupun luar negeri yang kepentingannya terancam dengan munculnya kebangkitan Islam" (Umer Chapra, 1983 via Muhammad, 2005)[39]












Daftar Pustaka
Chapra, Muhammad Umar. Islam dan Tantangan Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin Basri. Jakarta: Gema Insani Press, 2000

-----. Sistem Moneter Islam, terj. Ikhwan Abidin Basri. Jakarta: Gema Insani Press, 2000

-----. Masa Depan Ilmu Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin Basri. Jakarta: Gema Insani Press, 2001

-----. Islam dan Pembangunan Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin Basri. Jakarta: Gema Insani Press, 2005

Malik, Abdul. "Humanisme dalam Pemikiran Ekonomi Islam (Telaah Pemikiran Muhammad Umer Chapra)". Tesis, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2004

Muhammad. Manajemen Bank Syari'ah.Yogyakarta: AMP YKPN, 2005.




[1]Abdul Malik, "Humanisme dalam Pemikiran Ekonomi Islam (Telaah Pemikiran Muhammad Umer Chapra)", Tesis, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2004, hlm. 29.
[2]Ibid., hlm. 26-27.
[3]Karangan atau tulisan mengenai satu pokok permasalahan.
[4]Penulis kesulitan mendapatkan biografi Umer Chapra secara rinci. Oleh karena itu, penulis hanya mengambil biografi ringkas Muhammad Umer Chapra dari cover buku-buku karyanya yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Gema Insani Press. Lihat bukunya "Islam dan Tantangan ...", hlm. x.  Keterangan lain menyebutkan bahwa ia mempublikasikan 10 monograf, 62 makalah, dan 9 book review. Lihat Abdul Malik, op.cit., hlm. 30.
[5]Abdul Malik, op.cit., hlm. 30-31.
[6]Ibid., hlm. 29.
[7]M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin Basri (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hlm. xvi.
[8]Ibid.
[9]Ibid., hlm. xvii.
[10]Ibid.
[11]M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin Basri (Jakarta: Gema Insani Press, 2000),  hlm. xi.
[12]M. Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam, terj. Ikhwan Abidin Basri (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. xxi.
[13]Umar Chapra, Islam dan Tantangan..., Ibid., hlm. xi-xii.
[14]Ibid., hlm. xii.
[15]Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, terj. Ikhwan Abidin Basri (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm. 2.
[16]Lihad ibid., hlm. 44-59
[17]Ibid., hlm. 60-61.
[18]Ibid., hlm. 66.
[19]Ibid., hlm. 70.
[20]Ibid., hlm. 75.
[21]Ibid., hlm. 79.
[22]Ibid., hlm 82.
[23]Ibid., hlm. 85.
[24]Ibid., hlm 86.
[25]Ibid., hlm. 88. semua keberatan-keberatan yang diajukan kepada perekonomian Islam telah dijawab secara rinci oleh Umar Chapra dalam bab ini juga.
[26]Ibid., hlm. xxix
[27]Ibid.
[28]Ibid., hlm. 10.
[29]Ibid., hlm. 4.
[30]Ibid.
[31]Ibid., hlm 10.
[32]Ibid.
[33]Umer Chapra, Islam dan Pembangunan ..., op.cit., hlm 2.
[34]Ibid., hlm. 6.
[35]Ibid.
[36]Ibid., hlm. 24-25.
[37]Ibid., hlm. 85.
[38]Ibid., hlm. viii.
[39]Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah (Yogyakarta: AMP YKPN, 2005), hlm. iii.

http://mas-roisku-muslimblogspotcom.blogspot.com/2010/09/pemikiran-ekonomi-muhammad-umer-chapra.html#comment-form